Thursday, July 18, 2019

Melirik Saham Sebagai Instrumen Investasi Jangka Panjang


Pernakah terlintas di pikiran Anda, uang Rp 2.000 yang Anda miliki saat ini, pada tahun 1900an dapat membeli nasi satu bungkus lengkap dengan lauk pauknya atau bahkan lebih dari itu? bagaimana dengan saat ini? Uang Rp 2.000 yang Anda miliki saat ini dan yang Anda miliki 10 tahun yang lalu masih sama angkanya namun nilainya telah berubah. Lalu bagaimana dengan 10 tahun yang akan datang? Uang Rp 2.000 kemungkinan hanya mampu membayar satu buah permen. Hal inilah yang disebut dengan inflasi mata uang.
Inflasi adalah meningkatnya harga suatu barang atau jasa secara presistent dan biasanya diikuti dengan menurunnya nilai mata uang. Suatu kondisi dimana harga barang naik namun sifatnya sementara itu tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Nilai rata-rata inflasi Indonesia  10 tahunan bergerak dalam kisaran 2,78-11,06% (Yuk Nabung Saham, Ellen May). Berdasarkan data dari Bank Indonesia, nilai inflasi year on year Juli 2009-2019 Indonesia berada di rata-rata 4,79%. Indonesia pernah mengalami inflasi terburuk sepanjang masa yaitu pada tahun 1998 sekitar 77% seiring dengan menurunnya nilai Rupiah terhadap Dollar sebesar Rp16.000/Dollar.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi inflasi adalah melakukan investasi. Investasi merupakan suatu upaya menempatkan modal dalam jangka waktu yang lama pada suatu perusahaan atau barang dengan harapan mendapatkan imbal hasil seperti yang diharapkan. Selain berfungsi sebagai aktivitas pengaman dari inflasi, investasi juga bertujuan untuk meningkatkan nilai aset dan membatasi gaya hidup. Ada banyak instrumen investasi yang dapat dilakukan dengan potensi risk pada masing-masing instrumennya antara lain properti, emas, deposito, obligasi/surat utang, saving bond ritel (SBR), mata uang asing, reksadana, dan saham. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih investasi yang tepat adalah  modal yang dimiliki, %return yang diinginkan, besar resiko yang akan dihadapi dan ilmu mengenai instrumen investasi yang dipilih. Setiap instrumen investasi memiliki ilmunya maka salah satu tindakan wajib saat ingin memulai investasi adalah pelajari instrumen tersebut. Dikutip dari buku “Yuk Nabung Saham karya Ellene May”  persentase keuntungan per tahun obligasi adalah 11-13%, deposito adalah 3-7%,  reksadana saham 20-40%  dan saham bisa lebih dari 20%.

Saham adalah salah satu bentuk investasi yang mulai “Hits” karena saat ini harga saham telah mengalami split  menjadi sangat terjangkau. Investasi saham juga semakin cemerlang karena proyek “Yuk Nabung Saham” dari pemerintah. Tak hanya pegawai dan pengusaha, mahasiswa pun sudah mampu mencoba investasi saham. Harga saham saat ini mulai dari Rp 50/lembar hingga yang termahal Rp 80.000/lembar. Investasi saham sendiri adalah investasi yang dilakukan dengan menempatkan modal pada suatu perusahaan yang sedang berjalan untuk membantu meningkatkan performa perusahaan. Investasi saham artinya membeli perusahaan tersebut. Pada Investasi saham, keuntungan yang bisa didapatkan oleh investor adalah bagi hasil keuntungan dan nilai harga saham.
Contonhya, Ibu Rina sedang membuka usaha pempek. Namun karena terkendala modal, Ibu Rina tidak mampu mengembangkan usahanya. Lalu Ibu Rina membuka peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya, sebut saja Dikki dan Ali ikut menanamkan modalnya dengan persentase Ibu Rina 60%, Dikki 20% dan Ali 20%. Dengan modal yang cukup, Ibu Rina mampu mengembangkan usahanya berkali-kali lipat sehingga mendapatkan keuntungan yang besar. Keuntungan ini akan dibagi hasil kepada Dikki dan Ali selaku investor sesuai dengan persentase kepemilikan saham, dalam saham ini disebut dengan dividend. Pada suatu ketika, Ali membutuhkan uang sehingga ia ingin menjual 20% sahamnya kepada orang lain. Saham ini harganya sudah tidak sama dengan harga saat Ali membeli karena nilai usaha Ibu Rina sudah sangat baik. Nilai sahamnya telah bertumbuh 80% dari awalnya Ali membeli Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.800.000, dalam istilah saham ini disebut dengan capital gain.  Investasi saham memiliki nilai tumbuh yang sangat besar, secara aktual Bank BRI (BBRI) telah tumbuh 500% dari awal membuka sahamnya untuk umum. Namun perlu diketahui nilai tumbuh yang besar akan sebanding dengan resiko yang dihadapi. Manajemen resiko dapat diminimalisir dengan belajar dan pengalaman.

Tips dari bapak saham dunia yaitu  Warrent Buffet, pilihlah saham di perusahaan yang Anda pahami bisnisnya, lebih baik jika perusahaan tersebut market leader.  Investasi saham juga bertujuan untuk membantu perusahaan dalam negeri untuk tumbuh. Neraca keuangan negara akan stabil karena tidak dipengaruhi oleh investor asing. Maka sudahkan Anda menata keuangan di masa depan? Jika belum, mari kita lakukan.

 

Oktarinamdp Template by Ipietoon Cute Blog Design